Minggu, 08 Januari 2012

Jalan Buntu

dogma-dogma berarak petak-petak
alamatkan jejak kepada bijak dan sesak pekak
ketika sebagian muak menatap sesat nampak
dengan mata terbelalak
sang empu benamkan suluh
pada warna tertentu; semuanya hitam

riak-riak penasaran, mengapa tepian tak juga terkalahkan
terjungkal dan terjungkal lagi sebagai pecundang
lalu bertapa, rawa tawa tak merah cerah
suruh ceruk mantra tergali
bulat-bulat mati melingkar
mengitari ujung tempat kuku-kuku
keduanya adu beradu
satu persatu menitipkan tuah ;
satu belati siap membunuh apa-siapa saja
jabang angkuh terlahir sebagai pramusaji hidangkan janji
wajah para arwah meraut jadilah seribu topeng
penuh kasih penuh cinta
tenggelam di irama desah
paksa peluh luruh bersama tusukan buluh
 
walau tak selalu
jalan ini berakhir di tempat itu

Jember, 2007