Jumat, 23 September 2011

Cinta 'Kaktus'

Di balik tajam duri-durinya, kaktus memiliki keindahan yang membuat Anang Ritarno jatuh cinta. 
                   
            Memasuki halaman rumah Anang yang tak seberapa lebar, udara segar langsung menyelinap ke pori-pori kulit. Nuansa hijau tampak di hampir setiap titik mata memandang. Di rumah dua lantai yang beralamat di Jalan Panjaitan II no 68 itu, puluhan jenis tanaman hias tersusun seperti natural, menyiratkan kecintaan Anang pada alam.
            Nuansa hijau juga masih terlihat di teras lantai atas rumah Anang. Di salah satu sudut teras tersebut, seonggok kaktus duri centong (Opuntia nigricans) tertancap segar dalam sebuah pot. Batangnya tegak bersirip, penuh duri, warnanya hijau tua dengan beberapa cabang yang mulai tumbuh.
Di sekitar Opuntia nigricans itu, ratusan jenis kaktus lainnya memenuhi hampir seluruh permukaan teras berukuran 3x1 meter itu. Beberapa jenis kaktus lainnya digantung dan dipajang di pagar teras. “Saya punya sekitar 300 jenis kaktus,” kata pria kelahiran Jember 8 Juli 1970 ini.
Anang tak hafal nama lokal berbagai jenis kaktus itu yang biasa dikenal masyarakat luas. Dia lebih mengenal nama latinnya. Untuk memudahkan mengingat, dia mencatat nama latin kaktus-kaktus itu dalam selembar kertas, kemudian kertas itu ditancapkan di masing-masing pot.
Sekitar 300 jenis kaktus itu dia kumpulkan sejak tiga tahun terakhir. Namun sejatinya, aktivitas mengoleksi kaktus sudah dia lakukan sejak masih usia SD. Bahkan ketika duduk di bangku SMA, koleksinya sudah mencapai 600 jenis kaktus. Sayangnya, pada tahun 1988 ketika rumahnya dibangun, tanaman kaktusnya terbengkalai serta banyak yang hilang dan mati.
Gairah untuk kembali mengoleksi tanaman berduri itu muncul dalam tiga tahun terakhir. Dia mulai berburu berbagai jenis kaktus langka ke berbagai toko bunga di Jember. Perburuan juga kerap dia lakukan hingga ke luar kota. Mammilaria compressa adalah salah satu jenis kaktus kesayangannya yang dia beli di Semarang. “Pernah saya cari ke Lembang, Bandung hingga ke Bogor,” ujarnya.
Tak semua kaktus diperoleh dengan susah-payah,. Keberuntungan bisa datang kapan dan di mana saja. Mendapatkan kaktus langka tak harus di toko-toko besar atau pun di luar kota. Kaktus langka bernama latin Astrophytum onzuka adalah koleksinya yang dia beli di penjual bunga keliling. Kaktus itu berbatang keras, bersirip lima dengan warna keputih-putihan serta bunga berwarna kuning.
Sayangnya, anakan kaktus yang baru dia beli beberapa bulan lalu itu tak bertahan hidup. Si eksotis Astrophytum onzuka kini telah mengering di potnya. Tentu Anang sangat menyayangkan itu. “Kaktus ini memang sulit merawatnya. Dia butuh suhu tinggi tapi di tempat yang teduh,” jelasnya.
Beberapa jenis kaktus yang dia koleksi memang jenis-jenis langka. Salah satunya adalah jenis golden barel (Echinocactus grusonii). Di pasaran, kaktus berbentuk bulat memanjang dengan duri-duri di sekujur batangnya ini dijual mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Kendati beberapa kaktus koleksinya memiliki nilai jual tinggi, namun hingga saat ini Anang tak pernah berniat menjualnya. Sekalipun banyak orang telah datang dan berniat membeli. Untuk beberapa kawan dekatnya, Anang lebih suka memberi anakan kaktus secara Cuma-cuma.
Cita-cita berbisnis kaktus memang telah muncul dalam benaknya. Namun dia mengaku masih terkendala dengan modal. Apalagi untuk jenis-jenis tertentu, harus didatangkan dari luar negeri. Sehingga, modal yang dibutuhkan pun sangat besar. Untuk saat ini, Anang sudah cukup senang dengan merawat kaktus-kaktus berduri kesayangannya itu. Dia menemukan kenikmatan saat memandang kaktus-kaktus itu setiap hari.
Ada banyak alasan kenapa Anang begitu menikmati keindahan kaktus. Secara tampilan, misalnya, banyak bentuk kaktus yang cukup eksotis. Seperti jenis-jenis dari Notocactus dan Mammillaria yang bentuknya bulat. Begitu juga dengan jenis Opuntia yang pipih, jenis-jenis Cereus yang berbentuk gada hingga kaktus penuh cabang dari jenis-jenis Euphorbia.
Selain bentuk, bunga kaktus juga memiliki keindahan dan warna yang sedap dipandang. Seperi bunga Copiapua lauil yang berwana ungu serta bunga dari Bocasana rubra yang berwarna merah. Meski begitu, butuh kesabaran ekstra untuk bisa melihat bunga kaktus. “Kalau dari anakan, kira-kira butuh satu tahun untuk bisa berbunga,” jelas Anang.
Duri kaktus juga menjadi keindahan yang membuat Anang kepincut untuk mengoleksinya. Di balik ancamannya yang mampu membuat kulit terluka, duri-duri kaktus menyimpan eksotisme tersendiri. Aneka jenis kaktus memiliki keunikan bentuk durinya.
Seperti duri dari jenis Mammillaria bocasana yang berbentuk kail pancing, duri Mammillaria elegans yang panjang seperti jarum serta Mammillaria albicans yang berbentuk bintang. Ada juga yang berbentuk panjang melengkung yaitu duri Denmosa albispinus serta Opuntia mikrodasis yang berduri banyak namun halus.
Namun begitu, meski memiliki banyak keindahan, kaktus tetaplah kaktus. Duri-durinya bisa melukai dan sebagian di antaranya juga dilengkapi racun. Rismunandar, penulis Bertanam Kaktus mengingatkan dalam bukunya, bahwa ‘cinta kaktus’ sulit untuk dimengerti oleh seorang awam. “Tanaman kaktus ingin disayang, namun tak ingin dipegang. Itulah namanya cinta kaktus,” tulisnya.
Dari berbagai alasan yang membuat Anang jatuh hati pada tanaman kaktus itu, ada satu alasan sederhana yang justru kian mendorong hasratnya mengoleksi tanaman khas gurun itu. Alasan itu adalah bagaimana konsep ecogreen atau berperilaku hijau bisa diterapkan di rumahnya yang memang tak memiliki halaman luas.
“Kalau saya menanam tanaman hias lain, mungkin butuh space yang luas. Tapi kalau kaktus, space diameter 10-20 Cm sudah bisa untuk satu jenis kaktus,” ujar aktivis lingkungan yang tergabung dalam Klub Indonesia Hijau (KIH) ini.
Kini, ratusan jenis kaktus memang telah memenuhi teras di lantai atas rumahnya. Namun keinginan Anang untuk terus berburu kaktus belumlah usai. Dari ribuan jenis kaktus yang belum dia koleksi, jenis-jenis dari Lophopora dan Astrophytum adalah yang paling menggodanya untuk segera memiliki.




Foto : Arimacs Wiliander