Senin, 25 April 2011

Catatan Seorang Penyaksi 3

di selatan barat utara timur
sepanjang pandang tak lamur
dan tegak tubuh belumlah uzur
sejengkal langkah mundur tuntas diharamkan
hingga kemudian
matanya mengarah ke delapan penjuru arah angin
menangkap apapun, bahkan yang tak kasat sekalipun;
di pusat keramaian, pasar becek berlendir
pusar perempuan juga transaksi kemaluan
dia melihat
di titik nadir, saat khayalan diajak terbang layang;
etika dan norma tunduk pada barisan angka congkak
dia melihat
ketika kepandiran ditorehkan, berliter-liter perasan dosa dituangkan
selanjutnya sampah dari segala sampah mewajah
dia melihat
dan ketika yang ada hanya pembiaran
manusia-manusia malang kian terlupakan
inilah jalan yang terus terkupas
atau takdir memang harus dirubah!

di barat utara timur selatan
kebenaran ditundukkan bualan-bualan
kata-kata menggambarkan keindahan
sedang kepiluan semakin tak terbantahkan
telinganya  serupa gagang mikrofon di tangan demonstran
terbuka lebar-lebar menampung segala kebisuan;
saat keyakinan diruntuhkan
dan ayat-ayat suci dijual-gadaikan
dia mendengar
ketika tuhan diseret-seret kesana kemari
dan ketimpangan sebatas diperbincangkan di sana sini
dia mendengar
ketika petunjuk setan disakralkan
demi halal yang haram dan haram yang halal
dia mendengar
inilah jalan yang terus terkupas
atau takdir memang harus dirubah!

timur selatan barat utara
baik dan buruk pergi jauh ke dalam diri
harapan-harapan terbang tinggi ke ujung langit
hanya kaki menginjak bumi sanggup merasakan
di pesta keheningan, jalanan sedang lengang;
seorang ibu murung mendekap bayinya yang hampir dingin
dia merasakan
ketika perut-perut meronta, lapar merajalela
manusia-manusia dijajah dari kemerdekaannya
dia merasakan
ketika julur tangan berjuntai, belas kasih diharapkan
hanya jijik dan kesombongan dimuntahkan
dia merasakan
ketika tangis tak terseka, wajah alam sedang murka
detak kehidupan terhenti, nyawa tersia-sia
dia merasakan
inilah jalan yang terus terkupas
atau takdir memang harus dirubah!

utara timur selatan barat
ketika timpang kaki kekuasaan, kumat bejat pejabat bangsat
terkubur dalam-dalam adab dan martabat
dia mengendusnya
ketika ketiak penguasa menebarkan bau dusta
meenggenapi serakah membabi buta
dia mengendusnya
ketika kebodohan massal diciptakan
konspirasi busuk diam-diam digencarkan
dia mengendusnya
ketika istana-istana dibangun dengan peluh jutaan umat
sementara tubuh-tubuh ceking mencium bau sekarat
dia mengendusnya
inilah jalan yang terus terkupas
atau takdir memang harus dirubah!

sebelum tuntas segala pandang
segala dengar segala endusan
segala rasa segala kesaksian
dia telah berkirim surat kepada semesta
mengabarkan segala ketidakseimbangan
kemudian tanpa dendam
dia memberanikan diri merengek kepada tuhan
cinta sekaligus murka segera diturunkan!

Jember, 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar